Sunday, 9 November 2014

Enam

Dia berjalan mundur menutup malu. Awal memang gak indah, hanya berkesan. Seketika itu pandang menuju dewi. Mukanya merah padam, terlihat manis memang. "Ciee husni witwiiw," itu suara para penggemar pertunjukan parodi hati. Tidak lama mendapatkan perhatiannya. Terburu - buru karena refleks menggebu. Pikir menang lawan hati.

"Nih aku bawain oleh - oleh manggo dessertnya." Sulit memang menolak. Jemarinya meluncur menghadap cakap. Masih luka dalam memori. Sampai saat ini tak datang menjemput. Kamu melangit tanpa raga. Aku coba mendaratkan kita dalam dunia. Bukan, salah singgasana. Ku putar pikir untuk dekati benci.

"Aku penjahat looh. Masih suka mabok - mabokan, maen cewek dimana-mana, judi, nyimeng, masuk bui. Aku bukan baik, masih mengabu disini," Ya, memang kulakukan untuk membayar banyak mata dalam pandang. Eksistensi buat nila pada perca. Banyak mengutuk, dari tinggi makin tinggi. Ibu menusuk, keluar aku dari guratnya."Ah bunda, siapa sih engkau? cuma jantung didalam hatiku. Terimakasih PidiBaiq!
(http://www.ayahpidibaiq.blogspot.com/2013/02/151-quotes-pidi-baiq.html)
-Enam-

No comments:

Post a Comment