Wednesday, 19 November 2014

Duabelas

“Husniiiiii, foto yuk!” Awal kamu kala kita rintis ucap kita. Aku kembali padat dengan waktu yang tak lihai berkilah. Tubuhnya mungil, pas untuk mencoba seragam sekolah. Condongnya agar mendapat tempat jangkau. Dengan garis bibir khas cembung tatap Aku. Hingga mungkin menit tolak detik padanya. Jarak dengan abu hilang sampai mematah diri untuk sekedar bercermin. Sinar ini persis kemarin, sangat lampau.

Persis kerani terinjak priyayi. Adalah sikap kala waktu memakan habis saat menyalak timbun rasa. Ketika aku membuat elak laku pembenaran dalam pikir, kamu terlunta sesak akannya.  Mufakat salah sembari melagu biar tentram kita. “Kakinya yang memar jangan diteken kalo tidur, tengkurep aja biar gak sakit, gak nangis,” sahut Aku. Jika bukan ego untuk tak pilih waktu, lalu apa tega yang meninggalkan kita?

Jauh disana, ditempat kamu berdiri, kamu jadi kalian. Sendiri biar kamu bisa melihat tangan kamu sendiri, kaki kamu sendiri, lidah kamu sendiri. Dengan bebas sampai lepas bayangnya dalam golak rasa kamu. Aku yang meminta sunyi menarik teman perjalanan, jauh dari tempatnya duduk. Kamu yang meminta ramai untuk mengulur batas klimaks dalam nadi Kamu. Pangkal kian kokoh jadi Kamu biar delusi waktu ini urusannya.


 “Kalo kamu capek ya istirahat, makan kalo laper, minum kalo aus, tidur kalo ngantuk.Tapi jangan lupa bangunnya!”

-Duabelas-

No comments:

Post a Comment