“Husniiiiii, foto yuk!” Awal kamu kala kita rintis ucap
kita. Aku kembali padat dengan waktu yang tak lihai berkilah. Tubuhnya mungil,
pas untuk mencoba seragam sekolah. Condongnya agar mendapat tempat jangkau.
Dengan garis bibir khas cembung tatap Aku. Hingga mungkin menit tolak detik
padanya. Jarak dengan abu hilang sampai mematah diri untuk sekedar bercermin.
Sinar ini persis kemarin, sangat lampau.
Persis kerani terinjak priyayi. Adalah sikap kala waktu
memakan habis saat menyalak timbun rasa. Ketika aku membuat elak laku pembenaran
dalam pikir, kamu terlunta sesak akannya.
Mufakat salah sembari melagu biar tentram kita. “Kakinya yang memar
jangan diteken kalo tidur, tengkurep aja biar gak sakit, gak nangis,” sahut
Aku. Jika bukan ego untuk tak pilih waktu, lalu apa tega yang meninggalkan
kita?
Jauh disana, ditempat kamu berdiri, kamu jadi kalian.
Sendiri biar kamu bisa melihat tangan kamu sendiri, kaki kamu sendiri, lidah kamu
sendiri. Dengan bebas sampai lepas bayangnya dalam golak rasa kamu. Aku yang meminta
sunyi menarik teman perjalanan, jauh dari tempatnya duduk. Kamu yang meminta
ramai untuk mengulur batas klimaks dalam nadi Kamu. Pangkal kian kokoh jadi
Kamu biar delusi waktu ini urusannya.
“Kalo kamu capek ya istirahat, makan kalo laper, minum kalo aus, tidur
kalo ngantuk.Tapi jangan lupa bangunnya!”
-Duabelas-
No comments:
Post a Comment